Sabtu, 25 Juni 2016

Empat golongan orang yang dirindukan surga

4 ahli surga


Siapa yang mau masuk Surga? Pertanyaan yang sudah pasti kita akan tahu jawabannya. Entah itu seorang pemabuk, ahli maksiat, koruptor, perampok, pezina, pembunuh, pastinya jika ditanya semacam itu jawabanya pasti mau, ingin masuk Surga. Yang jadi pertanyaan apakah mereka itu bisa masuk Surga? Apakah masuk kriteria sebagai penghuni Surga? atau apakah Surga mau dihuni oleh orang-orang semacam itu?. Ternyata Surga sudah punya kriteria sendiri, yaitu golongan orang yang dirindukan oleh Surga, dinantikan kehadiranya kelak, apakah kita termasuk golongan ini?

Rasulullah SAW bersabda:
"Surga itu merindukan kepada 4 golongan: orang yang senantiasa membaca Al Quran, orang yang selalu menjaga lidah, orang yang memberi makan orang yang sedang kelaparan, dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan."


Pertama:
Orang yang gemar membaca Al Quran.

Kita tahu bahwa Al Qur'an selain menjadi kitab suci umat Islam juga merupakan pedoman hidup seluruh umat manusia. Banyak sekali keutamaan yang terkandung dalam Al Qur'an ini. Ketika membacanya satu huruf saja maka ia mendapat sepuluh kebaikan. Bagaimana kalo kita secara rutin dan teratur selalu membaca Al Qur'an ini dengan baik dan benar, selain itu juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
baca juga
5 Aplikasi Android Islami Terbaik
Seperti pada bulan Ramadhan, aktifitas membaca Al Qur'an sangat ramai (tadarus), baik itu dimasjid maupun dirumah. Kegiatan Tadarus Al Qur'an pada hakekatnya adalah untuk mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji serta mengambil makna yang terkandung didalamnya sehingga pengetahuan tentang cara membaca dan memahami isi bisa dikaji lebih mendalam untuk diamalkan dalam keseharian.


Kedua:
Orang yang menjaga lisan atau lidah.

Sebuah hadis Nabi SAW dalam kitab sahih Bukhari:

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau hendaklah diam."

Sepertinya memang hal yang sangat ringan, namun ada ungkapan bahwa lidah atau perkataan ini lebih tajam dari sebuah pedang, dan memang benar adanya. Oleh karena itu dalam hadis diatas disebutkan bahwa menjaga lisan termasuk segolongan orang yang dirindukan kehadiranya di Surga. Pada era digital seperti sekarang ini, menjaga lidah tidak hanya menjaga perkataan, maraknya aplikasi pesan dan makin canggihnya telepon pintar, sangat memudahkan orang untuk berkomunikasi satu sama lain. Menjaga lisan juga termasuk didalamnya untuk menjaga perkataan dalam bentuk tulisan atau chatting.

Ketiga:
Orang yang memberi makan orang lain yang sedang kelaparan.

Memberi makan atau menafkahkan sebagian harta kepada orang yang sedang kelaparan seperti fakir miskin, yatim piatu atau anak terlantar. Karena pada hakikatnya pada harta kita terdapat hak-hak mereka. Insya Allah jika kita memberikan hak mereka maka kita akan mendapatkan pahala, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Turmudzi bahwa orang yang memberi makan atau minum, walaupun hanya seteguk air dan sebutir kurma kepada orang yang berbuka puasa, pahalanya sama dengan orang yang puasa itu, tidak dikurangi sedikitpun. Orang yang enggan atau bahkan tidak mau memberi makan kepada orang yang sedang kelaparan, terutama fakir miskin dan anak yatim sama halnya mendustakan agama, seperti firman Allah dalam QS Al Maun ayat 1-3

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. …"



Keempat:
Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.

Sebagai seorang muslim menjalankan puasa di Bulan Ramadhan wajib hukumnya, oleh karena pahala puasa di bulan Ramadhan ini sangat besar dan barangsiapa meninggalkan kewajiban ini akan mendapatkan dosa. Keutamaan menjalankan puasa di bulan penuh rahmat ini bahkan bisa menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu, diampuni oleh Allah. Seperti disebutkan dalam hadis berikut ini:

"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, karena iman dan ikhlas, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari Muslim)



Demikianlah empat golongan orang yang dirindukan oleh surga. Semoga kita termasuk didalamnya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua dan kita termasuk ke dalam empat golongan tersebut, dan juga agar kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Amiin ya Robbal Alamiin.

(dirangkum dari berbagai sumber)

Kamis, 23 Juni 2016

Kejamnya waktu Shubuh

keutamaan waktu shubuh


Saya yakin di antara kita sudah mengetahui keistimewaan waktu Subuh. Hari ini ada baiknya kita melihat waktu Subuh dengan kacamata yang lain, yaitu dari bahaya waktu Subuh bila kita tidak dapat memanfaatkannya.

Allah bersumpah dalam Al Fajr : "Demi fajar (waktu Subuh)".

Kemudian dalam Al Falaq Allah mengingatkan:
"Katakanlah! aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu subuh".

Ada apa dibalik waktu Subuh? Mengapa Allah bersumpah demi waktu Subuh? Mengapa harus berlindung kepada yang menguasai waktu Subuh? Apakah waktu Subuh sangat berbahaya?

Ya, ternyata waktu Subuh benar-benar sangat berbahaya!
Waktu Subuh lebih kejam dari sekawanan perampok bersenjata api.
Waktu Subuh lebih menyengsarakan dari derita kemiskinan.
Waktu Subuh lebih berbahaya dari kobaran api yang disiram bensin.


Jika ada sekawanan perampok menyatroni rumah anda, dan mengambil paksa semua barang anda. Emas dan semua perhiasan digondolnya. Uang cash puluhan juta ditilepnya. Laptop, yang berisi data-data penting anda juga diembatnya. Eh, mobil yang belum lunas juga digasaknya. Bagaimana rasa pedih hati anda menerima kenyataan ini?

Ketahuilah, bahwa waktu Subuh lebih kejam dari perampok itu. Karena jika anda tertindas sang waktu Subuh sampai melalaikan shalat fajar, maka anda akan menderita kerugian lebih besar dari sekedar laptop dan mobil. Anda kehilangan dunia dan segala isinya.

Ingat,!!
"Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya"

(HR Muslim).


Waktu Subuh juga lebih menyengsarakan dari sekedar kemiskinan dunia. Karena bagi orang-orang yang tergilas waktu Subuh hingga mengabaikan shalat Subuh berjamaah di masjid, maka hakikatnya, merekalah orang-orang miskin sejati yang hanya mendapatkan upah 1/150 (0,7%) saja pahala shalatnya.

"dan barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah, maka ia bagaikan shalat semalam suntuk"
(HR Muslim).


Shalat semalam suntuk adalah shalat yang dikerjakan mulai dari tenggelamnya matahari sampai terbit fajar. Fantastis! Shalat selama sepuluh jam, atau kurang lebih 150 kali shalat! Betapa agung fadilah shalat Subuh berjamaah ini. Betapa malangnya orang yang tergilas waktu Subuh, orang-orang yang mengabaikan shalat subuh berjamaah di masjid.

Waktu Subuh juga lebih berbahaya dari kobaran api yang disiram bensin. Mengapa demikian? Tahukah anda bahwa nabi menyetarakan dengan orang munafik bagi yang tidak mampu melaksanakan shalat Subuh berjamaah?

"Sesungguhnya tiada yang dirasa berat oleh seorang munafik, kecuali melaksanakan shalat Isya dan shalat Subuh. Sekiranya mereka tahu akan keagungan pahalanya, niscaya mereka bakal mendatanginya (ke masjid, shalat berjamaah) sekalipun harus berjalan merangkak-rangkak"
(HR Bukhari Muslim).

Orang yang tergerus waktu Subuh hingga tak mampu mendatangi masjid untuk shalat berjamaah adalah orang yang dalam keadaan bahaya, karena disetarakan dengan orang munafik. Padahal, ancaman bagi orang munafik adalah neraka Jahannam.

"Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam" (An Nisa:140).




Bukankah Jahannam lebih berbahaya dari sekedar kobaran api yang disiram bensin?

Nah, agar tidak merasakan tindasan waktu Subuh yang lebih kejam dari perampokan, agar tidak terkena gilasan waktu Subuh yang lebih menyengsarakan dari derita kemiskinan, dan agar tidak tertelan gerusan waktu Subuh yang lebih berbahaya dari kobaran api, maka: "Katakanlah! aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu subuh" (Al Falaq:1). Yaitu dengan memanfaatkan waktu Subuh sebaik-baiknya. Lakukan shalat sunnah qabliyah Shubuh (shalat fajar) dan shalat Shubuh berjamaah di masjid.

Semoga bermanfaat dan dapat diambil Hikmahnya.

(Abu Qomar Al Faruq)
Images : http://bahasa.aquila-style.com/

Apa itu Hailulah, Qailulah dan Ailulah

Hailulah, Qailulah dan Ailulah

Banyak dari kita mungkin tidak mengetahui bahwa dalam Islam, tidurpun ada tuntunannya. Selain adab, doa sebelum dan sesudah tidur, ternyata ada beberapa waktu tidur yang sangat dilarang ataupun dianjurkan (utama) selain mengikuti sunnah, beberapa larangan tidur diwaktu tertentu juga bisa berakibat buruk bagi kesehatan.

HAILULAH adalah :
Tidur sehabis melaksanakan sholat subuh, dinamakan demikian karena tidur tersebut dapat menghalangimu dari rejeki yang ALLAH SWT tebar pada waktu pagi hari.

QAILULAH adalah :
Tidur sebelum melakukan sholat dhuhur sekitar 26 - 30 menit sebelum dikumandangkannya adzan dhuhur, tidur jenis ini sangat bemanfaat dan sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.



Diriwayatkan ketika musim panas Rasulullah tidur sebelum Dzuhur dan ketika musim dingin beliau Nabi Muhammad tidur setelah Dzuhur

'AILULAH adalah :
Tidur sehabis melakukan sholat ashar, tidur jenis satu ini dapat menyebabkan berbagai penyakit, diantaranya adalah : sesak napas, murung dan gelisah.

Karena jarang diantara kita yang memahami apa itu QAILULAH, HAILULAH & 'AILULAH
sehingga bermanfaat bagi semua dan terhindar segala macam penyakit, hissiyyah ataupun ma'nawiyyah.


Amiin Ya Robbal 'Alamiin
Wallahu`alam

Image : http://odishasuntimes.com/

Rabu, 22 Juni 2016

Kisah Nabi Yusuf

nabi yusuf


Seandainya kalau di ceritakan kepada kita tentang kisah Nabi Yunus 'alahissalam selain apa yang ada di dalam Al Qu'ran dan As Sunnah maka kita tidak akan mempercayainya.

Banyak orang yg tidak mengetahui permulaan kisah nabi Yunus 'alaihissalam!
Ia menyeru kaumnya, dalam waktu yang lama. Tapi mereka berpaling darinya, maka ia pun pergi meninggalkan mereka sebelum Allah mengizinkannya karena ia menyangka mereka tidak akan mendapatkan hidayah.

Lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya)", Nabi Yunus menyangka bahwa Allah tidak akan menegur perbuatannya.

Lalu ia menaiki sebuah kapal bersama beberapa orang lainnya, saat itu cuaca sangat cerah.
Di tengah laut, tiba-tiba muncullah ombak besar dan bergemuruh, maka mereka sepakat meringankan beban kapal dan menurunkan sebagian penumpangnya.

Maka mereka memulai mengundi dan setelah 3 kali undian, muncul nama Nabi yunus! Maka ia pun turun.. Yang kemudian kisah ketika ia berada dalam perut ikan di abadikan Allah sepanjang masa.



Buatlah suatu prinsip teguh dalam hidupmu! Yaitu jika kamu bermaksiat kepada Allah atau melanggar perintahNya, maka siapkan dirimu untuk menerima hukuman dariNya, Allah berfirman: "Barangsiapa yang mengerjakan keburukan maka akan ia akan memperoleh balasannya".

Yang menakjubkan adalah ketika Nabi Yunus kembali dari ujian dalam perut ikan ke kaumnya, ia mendapatkan kaumnya telah beriman kepada Allah. Maka jangan pernah berputus asa dari mendakwahi orang lain, meskipun dia pembangkang dan suka bermaksiat.

Ada sebuah hikmah pada peristiwa undian dan keluarnya nama Nabi Yunus 'alahissalam, bahwa kadang dalam hidup kita merasa bahwa Allah menginginkan sesuatu pada kita, akan tetapi kita membencinya! Padahal ada kebaikan di balik itu!

Adapun ketetapan bahwa Allah menghukum orang yang berbuat dosa. Lihatlah sisi positifnya bahwa Allah ingin membersihkanmu dari dosa tersebut dan bukan untuk balas dendam.

Allah memerintahkan ikan paus yang berada di kedalaman laut untuk menelan Nabi Yunus tapi tidak meremukkan tulangnya dan tidak pula memakan dagingnya. Padahal dalam perut ikan paus ada panas yang dapat melebur besi sekalipun!

Jika Allah menjaga Nabi Yunus dari panas perut ikan paus, maka ketahuilah bahwa Allah 'azza wa jalla kadang menguji kamu dan tetap menjagamu untuk mengangkat derajatmu dan mengampuni dosamu.

Tidak ada yang bermanfaat bagi Nabi Yunus ketika dalam perut ikan paus, kecuali imannya kepada Allah, ilmu dan amal shalihnya! Maka berbekallah untuk Allah yang dapat bermanfaat bagimu dalam perut ikan 'kesedihanmu'!

Ketika Nabi Yunus mengetahui bahwa dia berada dalam sebuah tempat yang tidak ada satu orangpun yang bisa melihat dan mendengarnya, maka ia mengetahui bahwa tidak ada yang bermanfaat baginya kecuali memohon pertolongan dari Allah semata!



Kadang dalam hati dan ruh kita ada rasa sakit, cemas, khawatir, takut dan gelisah yang tidak ada yang tau kecuali Allah, maka obati semua itu dengan sujud kepadaNya! Seketika semua perasaan sakit itu akan sirna..

Ada 3 kegelapan: 
1. Kegelapan perut ikan,
2. Kegelapan malam dan 
3. Kedalaman laut.

Kadang kita merasa tenggelam dalam kegelapan kesedihan kita..Maka hapuslah kegelapan itu dengan cahaya doamu!



by Lafie Al 'auni
mawaddahcenter.com
Photo andaluciaabrar.files.wordpress.com

Selasa, 21 Juni 2016

5 Aplikasi Android Islami Terbaik 2016

android islami


Tidak bisa dipungkiri lagi saat ini android menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Baik tua, muda, anak-anak, laki, perempuan tidak lepas dari Android. Bahkan saat ini rumah bisa terasa hening padahal ada penghuni didalamnya, yah....masing-masing asik dengan gadget androidnya. Namanya juga teknologi, bisa berdampak baik juga bisa berdampak buruk, tinggal bagaimana kita secara dewasa menyikapi dan menggunakannya sesuai kebutuhan.

Kami kali ini tidak akan membahas soal keburukan teknologi, namun yang baik-baik saja, alias manfaat yang bisa kita ambil. Berhubung saat ini masih di Bulan Ramadhan, kali ini akan kami bahas aplikasi android islami terbaik versi parengmatur (keren ya ......????)

1. MyQuran Al Quran Indonesia

Aplikasi android yang sudah didownload lebih dari 100.000 kali ini (per Juni 2016) asli bikinan anak negeri. Tampilan sangat bagus dan lengkap, selain itu juga dilengkapi dengan terjemahan yang bahasanya mudah kita pahami, karena dibuat oleh orang Indonesia. Fitur lain seperti Makhraj, Asmaul Husna Kumpulan Doa, Audio Murotal, Fitur pencarian terjemahan serta Jadwal Sholat juga tersedia di aplikasi android ini dengan desain yang simpel dan elegan, aplikasi ini menurut kami wajib anda install. Gudjob! Wali Studio - Developer aplikasi ini.





Aplikasi android ini benar-benar akan membawa kita seperti layaknya kita sedang membaca Al Quran, tampilannya pun layaknya halaman buku Al Quran dengan berbagai fungsi kemudahan layar sentuh beserta audio ayat per ayat dengan highlight sewaktu menjalankan audio. Dilengkapi dengan fitur bookmark per ayat, tagging dan sharing serta dukungan terjemahan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Aplikasi ini bisa digunakan pada smartphone maupun tablet, baik dukungan tampilan vertikal dan horisontal.



Aplikasi Android terbaik berikutnya ini kami pilih selain tampilan grafis yang bagus dan rapi, tulisan arab pada doa juga jelas dan bagus, sangat bagus sebagai acuan bacaan doa sehari-hari dan mudah untuk dihapal. Selain keunggulan diatas, aplikasi android ini juga dilengkapi dengan audio, namun kiranya jumlah bacaan doa masih perlu ditambah atau diperbanyak.




Sholat merupakan ibadah yang paling utama kedudukannya dalam Islam. Sebagai seorang muslim wajib menjalankan Sholat lima waktu dan sholat menjadi salah satu rukun iman yang wajib dilakukan setiap muslim tanpa kecuali. Oleh karena itu agar amal ibadah ini diterima Allah SWT tentunya harus dilakukan dengan cara yang benar, seperti yang dituntunkan Nabi Muhammad SAW. Aplikasi android berikut berisi tuntunan tata cara sholat secara lengkap, mulai dari niat, doa-doa dalam sholat juga disertai bacaan Surat Pendek dalam Al Qur'an.



Sekali lagi aplikasi berikut ini sangat cocok untuk dipasang dismartphone (mobile phone), mungkin kita akan bingung menentukan arah qiblat, atau bahkan waktu sholat karena kita berada didaerah yang bukan kita kenal biasanya. Aplikasi Waktu Adzan & Kiblat adalah aplikasi untuk mengetahui jadwal sholat dan arah kiblat. Sangat cocok untuk membantu Anda dalam beribadah khususnya di bulan Ramadhan atau bulan puasa.




Demikian beberapa aplikasi android islami terbaik rekomendasi kami, screenshot dan link download masih sesuai dan berfungsi dengan baik pada saat artikel ini ditulis, seperti aplikasi android yang lain, dimungkinkan terdapat iklan, yang kadang termuat iklan yang kurang sesuai (eksplisit) yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan developer aplikasi.



Membangun Rumah di Akhirat

ibadah membangun rumah di akhirat

Ibadah yg kita kerjakan di dunia ini, tak lain adalah 'rumah' yang sedang kita bangun untuk kita tempati nanti setelah pensiun dari kehidupan dunia

Renungan Muhasabah, 

Alkisah seorang Tukang Bangunan yang telah bertahun-tahun lamanya bekerja pada seorang Pemborong.

Iapun bermaksud mengajukan pensiun kepada sang pemborong,
karena ingin memiliki banyak waktu untuk keluarganya.

Si Pemborong berkata,
"Saya setujui permohonan pensiun Anda tapi dengan satu syarat Anda bangun dahulu satu rumah terakhir sebelum Anda pensiun".

Si Tukang Bangunan segera membangunnya.
Karena kejar tayang ingin cepat selesai,
iapun mengerjakannya rumah tersebut dengan asal-asalan,..... dan asal jadi.

Selesai sudah bangunan terakhir yg ia buat.
Ia serahkan kunci rumah kepada sang Pemborong.

Sang Pemborong pun tersenyum dan berkata,
"Rumah ini adalah hadiah untukmu, karena telah lama bekerja bersamaku."

Terkejutlah si Tukang Bangunan itu,......  ada rasa sesal....... kenapa rumah, yang akhirnya hendak ia tempati itu,..... dikerjakannya secara asal-asalan.

Dari cerita diatas, kita bisa mengambil hikmah bahwa
Ibadah yang kita kerjakan di dunia ini, tak lain adalah 'rumah' ..... yang sedang kita bangun untuk kita tempati nanti.... setelah pensiun dari kehidupan dunia ini.



Jangan sampai kelak kita menyesal,.... karena kita menempati "rumah buruk"
yang kita bangun asal-asalan.

Semoga Allah selalu memberi hidayah untuk kita semua

Amiin

Sumber : Whatsapp

Minggu, 19 Juni 2016

Kapan waktu mustajab untuk berdoa saat berpuasa

waktu mustajab berdoa saat puasa




Sy. Dr. Abdul Bari bin Hammad al-Anshari:
"Intinya tidak ada satupun hadits atau atsar yg valid (shahih) yg mengkhususkan waktu berbuka utk mustajabnya doa orang yg berpuasa.

Yang valid, bahwa semua waktu puasa adalah waktu mustajab utk berdoa, dan ini adalah keluasan karunia Allah utk orang yg berpuasa.

Adapun waktu berbuka; maka itu waktu yg terbatas, dan saat itu hati orang yg berpuasa sibuk memikirkan dekatnya waktu berbuka dan kegembiraan dia karenanya. Belum lagi (ketika itu), disunnahkan utk menyegerakan buka puasa dan tidak menyibukkan diri dg sesuatu yg mengakhirkan buka puasanya (walaupun hal itu adalah doa).



Maka harusnya orang yg berpuasa mencari-cari waktu berdoa itu di sepanjang harinya, yakni ketika pikirannya bisa konsen, dan hatinya kosong dari beban dan kesibukan.

Dan hendaknya dia memperbanyak doa dg menampakkan kefakiran dan sangat butuhnya dia kepada Allah azza wajall, maka doa itu akan lebih mustajab, karena padanya ada banyak sebab yg menjadikan doanya diijabahi. Wallohu a'lam".

Ustadz Ad Dariny

@kajianislam

Celaka Sungguh Celaka

 Celaka Sungguh Celaka

Sahabat...

Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

"Sesungguhnya Jibril ('Alaihissalam) telah membisikkan (doa) kepadaku. Dia berkata, "Celakalah orang-orang yang mendapati bulan Ramadhan. kemudian Ramadhan pergi, tetapi dosanya tidak juga diampunkan'. Lalu akupun mengaminkan doa tersebut." (HR. Al-Hakim)



Sahabat... 

Bila Jibril berdo'a lalu Nabi mengaminkan, apakah kau tau artinya itu..? 

Itu artinya bahwa pengabulan Allah merupakan satu hal yang niscaya.

Aduhh.. alangkah ruginya.. 

Duhai diri.. 

Maukah engkau didoakan agar celaka..? Maukah..? 

Sudah pasti tidak.. 

Tidak ada siapapun yang mau ditimpa kecelakaan itu.
Celaka di bulan yang mulia.
Celaka karena menolak tawaran pengampunan dari Allah Yang Maha Pengampun.

Semoga kita terhindar daripada kecelakaan itu..
amin.. 

Sahabat... 

Kini kita masih di litur pertama Ramadhan...
(8 Ramadhan, pen)

Malam ini dan seterusnya kita masih bisa mengejar ketertinggalan itu.. 

Sebelum Ramadhan benar-benar pergi meninggalkan kita..
Jamulah ia dengan jamuan terbaik.

Persembahkan untuk-Nya sebaik-baik amal..
Persembahkanlah sholat yang terbaik, dzikir yang khusyuk, tilawah yang penuh tadabbur, serta qiyam Ramadhan yang penuh ihtisab..


Karena boleh jadi ini adalah Ramadhan yang terakhir buat kita.. 

Semoga dengan jamuan terakhir itu, Allah berkenan menutupi kelalaian kita disepanjang Ramadhan yang telah kita lalui..
Amin..


Oleh : Ustadz Aan Chandra Thalib, Lc

Kisah Ukasyah, sang sahabat Rasulullah

ukasyah, sahabat nabi, kisah islam

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum meninggal.

Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi. beliau sangat lemah.

Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil se mua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah SAW.

Beliau duduk dengan lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu-satunya Tuhan yang layak di sembah?"

Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, "Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yang layak disembah."


Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."

Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.
Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia."

Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang kepada Rasulullah".

Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba2 bangun seorang lelaki yang bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sebelum masuk Islam, dia berkata:

"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".

Maka Ukasyah pun mulai bercerita:

"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tersebut tidak kena pada belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri di belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."

Dengan suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."

Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian. 

Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pada Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah, bukankah Baginda sedang sakit..!?"

Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.

Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"

Bilal menjawab dengan nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah"

Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:

"Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".

Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Ukasyah.

Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah. 


Tiba-tiba Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil

berkata: "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yang pertama beriman dengan apa yang Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku".

Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:

"Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yang boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:

"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.

Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:

"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah" .

Ukasyah semakin dekat dengan Rasulullah. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen. 

Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dengan menyakiti kakek kami, wahai Paman."

Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu-cuc kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Ukasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah berkata:

"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini."

Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:

"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah"

Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.

Tanpa berlama2 dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.



Kemudian Rasulullah SAW berkata:

"Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Nanti Allah akan murka padamu."

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh-jauh, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil menangis sejadi2nya, 

Ukasyah berkata:

"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. 

Seumur hidupku aku bercita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. 

Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."

Rasulullah SAW dengan senyum berkata:

"Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"

Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat

bergantian memeluk Rasulullah SAW.


Disingkat oleh WhatsApp

Tips menjelang 10 malam terakhir Ramadhan

tips puasa tips ramadhan malam terakhir ramadhan



Berikut tips menjelang 10 malam terakhir Ramadhan yang Arrahmah kutip dari Syaikh Tawfique Chowdhury, CEO Merci Mission, dan diterjemahkan Ustadz Hilman Rosyad Lc. Bismillah.

1. Mulailah dengan niat yang bersih dan tulus. Jika sampai hari ini ibadah terasa belum maksimal, bersiaplah untuk memaksimalkannya. Jika kau benar2 ingin memperbaikinya, masih ada waktu!

2. Hari ini, bacalah tafsir surat Al-Qadr, dan pahami apa yg sesungguhnya terjadi pada lailatul qadr. Kau akan merasakan keagungan dan kekuatannya insyaa Allaah.

3. Jangan menunggu hingga malam ke 27 untuk mengerahkan segalanya. Seluruh malam dari 10 malam terakhir seharusnya jadi targetmu. Bangunlah setiap malamnya. Jangan sampai laylatul qadr terlewati begitu saja.


4. Jangan ikut-ikutan dengan perayaan-perayaan atau kegiatan-kegiatan yang diada-adakan (bid'ah) oleh kelompok-kelompok tertentu. Ikutilah sunnah Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam. Tuntunan beliau adalah: "Barangsiapa yang berjaga (tidak tidur) dan berdoa pada malam lailatul qadr dengan iman dan pengharapan akan ganjarannya, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."

5. Hafalkan doa malam lailatul qadr yang diajarkan Rasulullaah shalallaahu 'alaihi wasallam ini : Allaahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa' fu'anni (Yaa Allah, Engkau maha pengampun dan menyukai pengampunan, maka ampunilah aku).

6. Siapkan daftar pendek doa-doa untuk dipanjatkan. Ingat, ini adalah waktu yang sangat istimewa bagi seorang hamba. Malam Qadar! Malam ditetapkannya takdir! Pilihlah doa doa terbaik untuk agamamu, dunia akhiratmu dan keluargamu. Jangan lupakan saudara-saudaramu Muslimin yang tengah kesusahan di berbagai belahan dunia.

7. Sempatkan tidur siang sejenak jika memungkinkan. Jagalah perutmu agar tidak terlalu kenyang dan tidurlah segera setelah isha dan tarawih sekadar untuk menyegarkan diri. Lalu bangunlah untuk beribadah.

8. Jangan lupakan keluargamu! Rasulullah membangunkan para istrinya pada malam-malam ini. Anak-anak pun bisa diajak beribadah untuk beberapa saat, walau mungkin tidak selama orang dewasa. Siapkan, semangati dan motivasi mereka!

9. Cara kita berpakaian dan mempersiapkan diri berpengaruh secara psikologis. Pakailah pakaian yang bagus dan wewangian (khusus di rumah untuk wanita) ketika beribadah.

10. Pilihlah spot khusus yang kondusif untuk beribadah, apakah itu di masjid atau di rumah. Letakkan sajadah, mushaf dan air minum sehingga kita tidak perlu beranjak dari sana jika perlu minum.


11. Ini BUKAN malam untuk pasang status (misalnya : "Alhamdulillaah, nikmatnya bermunajat kepada-NYA malam ini" dsb) di FB atau media sosial apapun. Biarlah itu jadi rahasia indah antara hamba dengan Rabb-nya. Maka, matikan dulu HP, tablet dan komputer. Putuskan dulu hubungan dengan dunia, dan nikmati jalinan hubungan dengan al-'Afuww!

12. Jika mengantuk, maka variasikan bentuk ibadah antara shalat, bermunajat dan membaca Qur'an. Lakukan bergantian. Jangan habiskan malam untuk mendengarkan ceramah atau tilawah, atau kalau sangat ngantuk, dengarkan sebentar saja untuk mengusir kantuk.

13. Sabar adalah kuncinya. 10 malam terakhir mungkin akan sangat melelahkan. Anda mungkin masih harus bekerja, sekolah atau aktifitas lainnya. Ini adalah saat untuk bersabar dengan kelelahan itu. Ingatlah Allah telah menganugrahimu dengan kesempatan berharga (akan luasnya ampunan)yang mungkin saja tidak datang lagi. Bukankah kita akan berlari walau apapun yang terjadi jika kita tahu pasti bahwa ini adalah ramadhan terakhir kita dan surga hanya selangkah lagi?


14. Ini yang paling penting : husnudzhon lah kepada Allah. Ketika bermunajat, ingatlah kau sedang meminta pada Raja Yang Maha Pemurah. Jika kau berharap yang terbaik, Dia akan memberimu yang terbaik. Jangan ragu-ragu, yakinlah dan tumpahkan seluruh isi hatimu di hadapan-NYA. Jangan biarkan keragu-raguan dan prasangka buruk menjauhkanmu dari Arrahman Arrahiim.

Allahumma ballighna lailatal qadr. Aammiin.

(adibahasan/arrahmah.com)

Sabtu, 18 Juni 2016

Hubungan Kita dan Anak, Kini dan Nanti

hubungan kita dengan anak


Pada saatnya anak-anak akan pergi, meninggalkan kita, sepi...

Mereka bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan tugas hidupnya; berpencar, berjauhan.

Sebagian di antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya dan tinggal di dekat kita agar berkhidmat kepada kita.

Diantara mereka ada yang merelakan terlepasnya sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan menemani dan melayani kita.

Tetapi pada saatnya, kita pun akan pergi meninggalkan mereka.

Entah kapan.

Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia ini....

Kematian adalah perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam kemesraan penuh cinta.

Orangtua dan anak hanya berjumpa nanti di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala... ada yang saling menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan.

Ada anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka itu tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.



Adakah itu termasuk kita?

Alangkah besar kerugian di hari itu jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala.

Inilah hari ketika kita tak dapat dibela pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri.

Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat?

Dan dunia ini adalah ladangnya...

Kematian itu adalah perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat pendek bagi yang mati.

Anak-anak berpisah dengan kita untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Allah SWT.

Tingkatan amal kita dan anak-anak boleh jadi tak sebanding... entah mana yang lebih tinggi... Allah Ta'ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya."

(QS. Ath-Thuur, 52: 21).


Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk yang demikian ini?

Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih tinggi.

Termasuk kitakah?

Adakah kita benar-benar mencintai anak kita?


Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit.
Kita tangisi mereka saat terluka.

Tapi adakah kita juga khawatiri nasib mereka di akhirat sebagaimana diantara kita mengkhawatirkan nasib kita "nanti" nya

Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka.

Bila perlu sampai letih badan kita.

Tapi disamping untuk diri kita sendiri... adakah kita berlaku sama untuk "masa depan" mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat?

Tengoklah sejenak anakmu.

Tataplah wajahnya. Adakah engkau relakan wajahnya tersulut api nereka hingga melepuh kulitnya?

Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya.

Adakah engkau bayangkan ia bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala karena lalai menanamkan tauhid dalam dirinya?

Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali.

Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga atau saling bertikai?

"Maka, mari cintai anak-anak kita untuk selamanya!"

Bukan hanya untuk hidupnya di dunia.


Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta'ala.

Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga.

Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat.

Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang.

Masa yang tak bertepi...



(Tulisan asli dari Mohammad Fauzil Adhim penulis buku best seller "Segenggam Iman untuk Anak dan Saat Berharga untuk Kita")

Puasa, Kembali ke Asal ?

puasa ramadhan kembali ke asal

Alangkah hebatnya kalian, umat muslim, melakukan puasa selama 30 hari…. Pasti banyak sekali
dana yang bisa dibagikan pada orang yang kurang beruntung

Hhhhhh...... memang agak malu setelah membaca tulisan yang sangat bagus ini, lebih-lebih seperti saat ini di Bulan Ramadhan. Yang pasti bisa buat pelajaran kita semua untuk terus memperbaiki amal kita baik di bulan Puasa ataupun hari biasa. Tulisan ini juga seperti yang lainnya kami dapat dari BC tidak beraturan aplikasi pesan di Android..... judul asli tulisan ini adalah : Puasa, "Return to the Origin" hhhh .... tulisan bagus.



Setiap tiba bulan puasa saya selalu mengenang Jean dan Garry, penganut ajaran Mormonisme, sebuah sekte Kristiani, yang saya kenal di tahun 2001. Pasangan dari Idaho-USA ini rajin puasa seminggu sekali. Selama puasa, sejumlah pengeluaran yang biasa digunakan untuk makan itu mereka sumbangkan untuk kegiatan bakti sosial di seluruh dunia. Kami berjumpa ketika mereka sedang bertugas mengalokasikan dana sekitar 6 milyar rupiah ke Indonesia, dana yang terkumpul dari ibadah puasa umat Mormon yang konon minoritas di negerinya, Amerika itu. “Mengapa memilih Indonesia?” tanya saya. “Tidak hanya Indonesia. Kami juga melakukan bakti sosial ke negara-negara lain. Bagi kami semua manusia sama, karena kita tinggal di planet yang sama,” jawab Garry.

Bulan Ramadhan tahun berikutnya kami bertemu lagi. Dengan penuh hormat Jean menggenggam tangan saya dan berkata: “Alangkah hebatnya kalian, umat muslim, melakukan puasa selama 30 hari…. Pasti banyak sekali dana yang bisa dibagikan pada orang yang kurang beruntung….”

Saya merasa sedikit malu mengenang sinar mata Jean ketika mengucapkan kekaguman yang salah alamat itu. Barangkali karena saya tidak pernah mempersoalkan ritual bulan puasa kita yang lucu. Misalnya:

Kita memang tidak makan apa-apa sepanjang siang, tapi pengeluaran untuk makan selama bulan puasa malah lebih banyak dari biasanya. Ketika puasa baru berjalan setengah putaran, kita malah belanja lebih banyak lagi demi persiapan merayakan ‘kemenangan’ -yang belum tentu kita pahami di akhir puasa nanti. Jika sebelum puasa mungkin ada sedikit uang, pada akhir puasa tampaknya harus ada tekad besar untuk ‘menambal galian lubang’ di kocek kita, supaya bisa bikin lubang dengan tenang di bulan puasa tahun berikutnya.



Dan itu masih belum apa-apa. Di daerah tapal kuda Jawa Timur dikenal istilah “telasan” yang berarti “habis-habisan belanja”, yang dilakukan selama seminggu setelah puasa berakhir. Tampaknya memang begitu cara kita menjalani bulan puasa. (“Kita?”, tanya seorang teman. “Elo aja kalee…”)

“Tuhan sendiri yang merancang dan memerintahkan puasa, jadi mestinya puasa lebih dari sekedar menghilangkan atau menggeser jadwal makan siang”, begitu kata teman saya lainnya. Puasa membuat tubuh belajar mengenali perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Keinginan memang bisa macam-macam sekali; maunya ada nasi soto, sate, lotek, atau burger. Padahal kebutuhan di baliknya ya cuma mengisi perut.Perhatian pada kebutuhan, bukan keinginan, akan membuat kita mengenali kembali kata ‘cukup’, kata yang sudah lama kita abaikan. Memahami kata ‘cukup’ justru akan membuat kita makan seperlunya, belanja seperlunya, beraktivitas seperlunya, dan ber-apa saja seperlunya….

Keinginan juga bisa membuat kita tidak merasa cukup dengan rasa asli makanan yang diolah sekedarnya. Kita terbiasa dengan ekstra garam, gula, dan zat tambahan lain, yang semua itu fungsinya hanya memperdaya lidah dan ‘tombol lapar’ kita, membuat kita terjebak dalam urusan perut. Kini terbukti bahwa kita merupakan generasi yang tubuhnya tak perlu dilemahkan oleh penyakit aneh-aneh dari luar. Gaya hidup kita saja sudah cukup untuk menyakiti diri kita sendiri.



Beruntung ada bulan puasa, bulan yang bisa dimanfaatkan untuk mengenal kembali rasa asli makanan alami. “Setelah seharian menahan lapar, mestinya tidak sulit untuk merasa cukup denganan menyantap pisang tanpa zat tambahan sebagai makanan pembuka, sebagaimana Rasul menyantap buah kurma segar”, begitu kata teman saya. (Saya jadi bertanya-tanya dalam hati, bagaimana kalau puasa malah membuat kita menjadi ‘pendendam’ yang ingin menebus keterbatasan di siang hari dengpelampiasan yang hebat di malam hari ?)

Tapi memang rasa cukup itu hal yang paling mewah di dunia. Konon kata para sufi, rasa cukup itu identik dengan merasa kaya, bahkan bisa menjadikan kita lebih kaya harta dari sebelumnya. (Tentu saja, karena rasa cukup ini membuat kita tidak perlu ganti HP, ganti mobil, atau ganti pacar tiap tahun kan? “Iya, tidak perlu tiap tahun. Cukup tiap 2-3 tahun”, celetuk teman saya yang lain lagi.) Rasa cukup itu bahasa Inggrisnya ‘contented’ alias puas dan senang. “Enough is equal to a feast”, kata pepatah bule. (Rasa cukup itu sepadan dengan kepuasan besar.) “He who knows not when he has enough is poor,” kata pepatah Jepang. (Orang yang tidak tahu arti cukup adalah orang miskin.) Orang yang tidak merasa cukup akan menjadi … P.E.R.U.S.A.K, kata seorang teman. Lho, kok bisa?

Rasa tidak cukup itu akan membuat kita sibuk menginginkan hal-hal yang tidak kita miliki, sehingga mengabaikan hal-hal yang kita miliki. Pengabaian itu membuat apa yang sebenarnya kita miliki itu ‘memberontak’, menjauh, melemah, hingga menghilang. Ada perempuan yang sibuk memoles diri agar bisa secantik selebriti, hingga mereka lupa memberi dukungan pada pesona uniknya sendiri. Ada orang tua yang sibuk mengejar kekuasaan dan kekayaan materi, hingga melupakan investasinya yang paling berharga, yaitu kekayaan batin si buah hati.


Saatnya kembali ke titik awal, dimana makan dan belanja kitauntuk pemenuhan kebutuhan, bukan pelampiasan nafsu. Cukup berarti menginginkan (mensyukuri) atas apa yang kita miliki.

Mudah-mudahan puasa dan ritme tubuh baru yang dibentuknya akan membuat kita menjadi diri yang baru di akhir puasa, tepatnya diri yang penuh rasa hormat terhadap asal-usul kita sendiri (jati diri).

Selamat berpuasa.

(Dicuplik dan diedit dari artikel berjudul “Puasa, Back To Origin” karangan Tuty Yosenda)

Source :
https://iwandahnial.wordpress.com/2008/09/06/puasa-return-to-the-origin/
http://amirhf.staff.telkomuniversity.ac.id/puasa-return-to-the-origin/

Berbahagialah

islam dan kesehatan

Cerita ini sekali lagi kami dapat dari kiriman pesan tertulis seorang teman, bercerita tentang betapa berharganya sebuah kesehatan, melebihi yang lain. Kesehatan bukan sekedar dari obat, namun kesehatan seseorang juga sangat dipengaruhi oleh hati, pikiran atau perasaan dan juga ketaqwaan kita kepada Sang Pencipta
Mohon maaf jika beberapa penggalan kata dalam cerita berikut ini sudah mengalami penambahan atau pengurangan tanpa mengurangi makna isi keseluruhan, dan terima kasih sekali kami ucapkan kepada Penulis cerita ini yang telah secara mendalam mengisahkan pengalaman pribadinya, semoga bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membaca tulisan ini.

Tulisan ini amat panjang, jangan lupa matikan kompor dan siapkan segelas kopi ......

Daerah perumahan Bayeman Permai Jalan Wates Km. 3 Yogyakarta siang itu cukup lengang. Maklum jam kerja, mungkin para penghuninya sedang beraktivitas di luar. Di teras yang menjadi ruang tunggu itu hanya ada aku, kawanku Mahmud, orang yang mengantarku dan seorang bapak pengidap vertigo dari Kulonprogo.




Kami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh (berumur), berusia sekitar tujuh puluhan, spesialis penyakit dalam yang sudah sangat berpengalaman. Jam sembilan pagi aku dan Mahmud berangkat dari Krapyak, dengan kondisi perut yang masih tak karuan. Sesampainya di depan rumah Dokter Paulus Adrian itu, aku muntah walau memang tak banyak. Hanya muntah basa-basi karena perut mual disiksa belasan polisi tidur di perjalanan tadi.

Sambil duduk menunggu, kuatur napas untuk mengontrol sensasi mules dan cemas yang muncul tiba-tiba. Rasa ingin buang air, sedikit mual, cemas, dan semacamnya adalah hal yang biasa kualami saat asam lambung naik. Persis seperti orang yang lagi stress atau grogi parah.

Pintu terbuka, bapak pengidap vertigo keluar sambil membawa bingkisan obatnya. Aku pun masuk. “Silakan duduk!” sambut Pak Paulus. Aku duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien.

“Apa yang dirasakan, Mas?”

Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opname dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni.

“Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak,” ungkapku, Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.

“Tapi buat puasa kuat ya?”

“Kuat, Pak.”

“Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!”

Aku terbengong, menunggu penjelasan.

“Asam lambung itu, terang Pak Paulus”. Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.

“Maksudnya, Pak?”

“Orang puasa, kan malamnya wajib niat to?”

"Njih, Pak."

"Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, kan?"

"Iya, ya, Pak," aku manggut-manggut nyengir.

"Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat."

Aku melongo lagi.

"Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha," Beliau tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda usia.

Kemudian ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau.

"Coba baca, Mas: mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang. Jadi kalau situ memikirkan; ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik, apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa," papar Pak Paulus.

"Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?"

"Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya."

"Ooo, gitu ya Pak," sahutku baru menyadari.

"Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga."




Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang enzim kebahagiaan endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir.

"Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?"

"Iya, Pak."

"Itu salah kaprah."

"Maksudnya?"

"Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa."

"Haah?"

"Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas."

"Tapi, kan pasien harus bedrest, Pak?"

"Ya, kan bisa di rumah."

"Tapi kalau nggak pakai infus, kan lemes terus Pak?"

"Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas."

Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita.

"Dulu, lanjut Pak Paulus," Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di Sardjito. Nggak lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat tangan.

Dia divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.

"Lalu, Pak?" tanyaku antusias.

"Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau apa.
Dia cuma nanya; "Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bulan."

Kira-kira bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?

Saya heran saat itu, saya tanya kenapa.

Dia bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen menangi momen itu.

"Waah.. Lalu, Pak?"

"Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen, tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun.
Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi.
Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati.
Kapanpun mati, siap!
Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup.

Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu.
Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun.
O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanansudah tak kurasakan lagi.

Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan.
Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap.
Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy.
Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya.

Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!

"Orangnya masih hidup, Pak?"

"Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu."

"Wah, wah, wah.."

"Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu."

"Lhoh, njenengan pernah Pak?"

Iya.
Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring.

Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung.

Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri.
Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang.
Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan.

Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu drastis.

Persis ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!

"Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha.
Saya juga punya kenalan dokter," lanjutnya,
"Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, Amerika.

Di sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati kapanpun.

Hingga suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika.
Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika.
Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika Tengah.

Kawannya itu nggak bisa jawab.
Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker.
Nah dia pun kaget, tambah penasaran.

Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga, "Lanjut, Pak," benakku.

"Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah.
Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan?
Orang-orang di sana makannya sangat sehat.
Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak kita.

Sepiring porsi makan itu tiga perempatnya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan.

Jadi ya betul-betul sehat.
Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah kita.

Bahkan beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan.
Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan.

Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali.

"Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, " akhirnya ikut-ikutan.

Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.¡±

"Hasilnya, Pak?"

"Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee.

Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami.
Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,

"Sembuh, Pak?"

"Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang.
Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa.

Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh.

Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut.."

Takjub, tentu saja.

Pada momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang pesimis.

Aku jadi teringat kisah serupa yang menimpa alumni Madrasah Huffadh Al-Munawwir, pesantren tempatku belajar saat ini.

Singkatnya, santri ini mengidap tumor ganas yang bisa berpindah-pindah benjolannya.

Ia divonis dokter hanya mampu bertahan hidup dua bulan. Terkejut atas vonis ini, ia misuh-misuh di depan dokter saat itu.
Namun pada akhirnya ia mampu menerima kenyataan itu.

Ia pun bertekad menyongsong maut dengan percaya diri dan ibadah. Ia sowan ke Romo Kiai, menyampaikan maksudnya itu.

Kemudian oleh Romo Kiai, santri ini diijazahi (diberi rekomendasi amalan)
Riyadhoh Qur'an, yakni amalan membaca Al-Quran tanpa henti selama empat puluh hari penuh, kecuali untuk memenuhi hajat dan kewajiban primer.

Riyadhoh pun dimulai.
Ia lalu hari-hari dengan membaca Al-Quran tanpa henti.

Persis di pojokan aula Madrasah Huffadh yang sekarang. Karena merasa begitu dingin, ia jadikan karpet sebagai selimut.

Hari ke tiga puluh, ia sering muntah-muntah, keringatnya pun sudah begitu bau.

Bacin, mirip bangkai tikus, kenang narasumber yang menceritakan kisah ini padaku. Hari ke tiga puluh lima, tubuhnya sudah nampak lebih segar, dan ajaibnya; benjolan tumornya sudah hilang.

Selepas rampung riyadhoh empat puluh hari itu, dia kembali periksa ke rumah sakit di mana ia divonis mati.


Pihak rumah sakit pun heran.
Penyakit pemuda itu sudah hilang, bersih, dan menunjukkan kondisi vital yang sangat sehat!

Aku pribadi sangat percaya bahwa gelombang yang diciptakan oleh ritual ibadah bisa mewujudkan energi positif bagi fisik.

Khususnya energi penyembuhan bagi mereka yang sakit.

Memang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus.

Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan pernapasan.

Situ tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap sebelum Shubuh dan sebelum Maghrib.

Itu sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tuuh detik.
Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja.

Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit berbeda.

Terutama untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode empat-tujuh-delapan.

Ketika merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai hal.

Maka pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan.
Tak perlu obat, bius, atau sejenisnya, murah meriah.

Pertama, tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima kali.

Memang iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap.
Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun.

"Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita," terangnya,


"Jadi kalau situ sholat dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ sholat sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe."

Duh, terang saja aku tersindir di kalimat ini.

"Termasuk dalam hal ini adalah keampuhan sholat malam.

Sholat tahajud. Itu ketika kamu baru bangun di akhir malam, gelombang otak itu pada frekuensi Alpha. Jauh lebih kuat daripada gelombang Beta yang teradi pada waktu Isya atau Shubuh.
Jadi ya logis saja kalau doa di saat tahajud itu begitu cepat 'naik' dan terkabul. Apa yang diminta, itulah yang diundang.
Ketika tekad situ begitu kuat, ditambah lagi gelombang otak yang lagi kuat-kuatnya, maka sangat besar potensi terwujud doa-doa situ.

Tak kusangka Pak Paulus bakal menyinggung perihal sholat segala.
Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang 'enzim panjang umur'.

"Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah unuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur.
Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang.
Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit.
Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali."

Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri.

"Puasa?"

"Ya!"

"Senin-Kamis?"

"Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal.

Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit.

Lagi-lagi, aku manggut-manggut.

Tak asing dengan teori ini.

"Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri. "

Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat, nggak usahlah.
Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan.

Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan.

Penyakit apapun itu!
Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya.

Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu.

Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh.

Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga.

Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain.

Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh .. !!

Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disanguni berbagai macam jenis obat pun keliru.

Hanya dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada kaitannya dengan asam lambung apalagi GERD.

Hampir satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja rasanya.

Padahal saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu.

“Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya,!” ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak pamit.

Dan jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan saudara
-saudaranya.

Terima kasih Pak Paulus.


Kadipiro Yogya

UAS Kapita Selekta SI/TI

Nama : Ahmad Zainal Muttaqin Kelas/Semester : B/6 Nim : 4117008 Prodi : Kapita Selekta SI/TI Fakultas : SAINTEK SOAL 1.       Cer...